Prambanan harus 'abadi'
Ini adalah simbol dari penerapan dari The Hague Convention 1954 untuk melindungi warisan budaya dalam konflik bersenjata.
Dengan dipasangnya simbol ini pada suatu benda cagar budaya, maka benda cagar budaya tersebut dilindungi secara internasional dari kerusakan disengaja oleh manusia. Dalam keadaan apapun benda cagar budaya yang memiliki logo ini dilarang untuk dirusak apalagi dihancurkan.
Di Indonesia, benda cagar budaya yang memiliki simbol ini adalah kompleks Candi Prambanan. Dengannya kompleks Candi Prambanan memiliki status istimewa sebaga cagar budaya yang harus selalu dilestarikan demi kemanusiaan.
Sepengetahuan saya hanya kompleks Candi Prambanan lah yang memiliki simbol ini, sementara situs cagar budaya lain yang terdaftar di UNESCO - Borobudur dan Sangiran - tidak memilikinya.
Sejauh ini Indonesia memiliki tujuh warisan budaya dan alami yang tercatat dalam daftar World Heritage milik UNESCO. Tiga masuk ke dalam kategori budaya (Prambanan, Borobudur, Sangiran) dan empat dalam kategori alami (Taman Nasional Komodo, TN Ujung Kulon, TN Lorentz, Hutan hujan tropis Sumatra).Sejauh ini pula Candi Borobudur lah yang terkenal seantero dunia. Dalam setiap pameran Cagar Budaya Dunia, hampir bisa dipastikan kehadiran Candi Borobudur, sedangkan dua situs budaya lainnya absen. Padahal jika memperhatikan perlindungan khusus yang dimiliki masing-masing cagar budaya tadi, maka Prambanan sebetulnya lebih istimewa daripada yang lain.
Saya belum menemukan keterangan lengkap tentang dasar pemilihan suatu benda cagar budaya sehingga ia bisa diberi status khusus dari penerapan konvensi ini. Akan tetapi, para ahli sejarah, arkeolog, dan arsitek (terutama sejarawan arsitektur) internasional tentu harus memiliki alasan kuat dan tidak sembarangan menetapkan suatu benda cagar budaya sebagai karya kebudayaan yang harus abadi demi kemanusiaan.
Kontribusi Tulisan di Blog MADYA
Sebagai sebuah gerakan kesadaran, hal ini hanya dimungkinkan dengan terus-menerus mengajak semua orang yang peduli untuk bersama-sama menyebarkan kepedulian ini kepada setiap orang di sekitar kita.
Kesadaran sebagai sebuah gerakan mempunyai ciri khas yang unik: tak seorang pun bisa melakukannya sendirian. Kesadaran harus dilakukan bersama-sama. Hal ini membawa sebuah implikasi yang menarik: tak seorang pun bisa mengklaim diri sendiri sebagai Gerakan, sekaligus setiap orang berhak menyebut dirinya sendiri sebagai bagian dari Gerakan ini.
Dengan demikian, berbicara tentang MADYA: tak ada seorang pun yang mewakili seluruh ide-ide, kerja-kerja, kepedulian, tentang MADYA; sekaligus bahwa setiap orang berhak untuk menyebut dirinya sendiri MADYA sembari memberikan kontribusi bagi kepedulian terhadap kebudayaan pada umumnya dan warisan budaya pada khususnya.
- Lalu, kontribusi apa yang bisa SAYA berikan?
Setiap orang bisa memberikan kontribusinya masing-masing. Kontribusi minimal, sekaligus kontribusi yang utama, adalah dukungan moral terhadap gerakan mencintai kebudayaan. Anda, maupun saya, serta setiap orang bisa memberikan kontribusi semacam ini dengan sepenuh-penuhnya.
Tak perlu pengorbanan yang terlalu besar, jika setiap orang mau memberikan sekedar apa yang bisa kita lakukan untuk membangun Indonesia yang lebih baik melalui Jalan Kebudayaan.
Mempertimbangkan hal ini, MADYA mengundang beberapa sahabat MADYA di FB untuk menulis di blog MADYA. Sebagaimana kita sadari bersama, tulisan merupakan sarana edifikasi yang paling mudah untuk menjangkau banyak orang.
Harapannya, MADYA --yang telah menjadi wadah berekspresi bagi sementara orang selama ini-- juga bisa menjadi wadah berekspresi bagi lebih banyak orang.
Wadah berekspresi yang bagaimana?
Itu terserah kepada Anda, yang menentukan masa depan MADYA khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
Jika Anda gemar menulis, dan mempunyai visi yang sama dengan kami: membangun kebudayaan Indonesia yang lebih baik; kami mempersilakan Anda untuk menulis bagi para pembaca page MADYA (saat ini 1707 orang dan sedikit-demi-sedikit secara alami setiap hari terus bertambah) dan/atau akun MADYA (saat ini 1770 orang dan sedikit-demi-sedikit secara alami setiap hari terus bertambah).
Sudah saatnya Anda menyuarakan kepedulian Anda pada kebudayaan, kepada publik yang lebih luas.
Salam budaya!
Mesjid Abad 18 Padang Betuah Bengkulu
Menurut warga sekitar, mesjid yang arsitektur atapnya berbentuk prisma ini telah ada sejak tahun 1800-an silam, tapi sangat sangat disayangkan, semenjak ditetapkannya mesjid ini menjadi cagar budaya, belum ada lagi perhatian pemerintah Bengkulu.
Sangat ironis, di saat Pemerintah Bengkulu meluncurkan tahun kunjungan wisata 2010, dan bertepatan akan diadakannya perhelatan besar MTQ Nasional 2010 ternyata mesjid peninggalan sejarah ini tidak pernah dilirik oleh pemerintah.
Mesjid berukuran 7 m x 7 m ini sudah sangat memprihatinkan sekali di beberapa sisi, padahal mesjid yang berusia ratusan tahun ini masih digunakan untuk beribadah.
Menurut beberapa orang warga, mereka pernah didatangi oleh seseorang yang mengaku dari Pemerintah Daerah Bengkulu tengah pertengahan Ramadhan kemarin, tapi janji yang tadinya mau merenovasi bangunan mesjid tak kunjung datang lagi.
Artkel asli dari: Pak Uncu Bengkulu
ETNOKULTURAL MELAYU DELI
Selanjutnya...... http://fosil73.wordpress.com/2009/04/20/etnokultural-melayu-deli/
Daftar Blog
- http://www.arupadhatuindonesia.com/
- http://fredywp.blogspot.com/
- http://www.pda-id.org/
- http://www.bentengindonesia.org/
- http://sekolahmbrosot.org/
- http://yodha-sarasvati.blogspot.com/
- http://ephineogiarios.blogspot.com/
- http://www.gamelanbvg.com/
- http://www.ihyarulfahmi.blogspot.com/
- http://www.berandasastra.blogspot.com/
- http://www.hermard.blogspot.com/
- http://www.jelajahjogja.blogspot.com/
- http://kodratbergerak.blogspot.com/
- http://saksi.wordpress.com/
- http://majapahitan.blogspot.com/
- http://purabesakih.blogspot.com/
- http://haisa.wordpress.com/
- http://blog.tlatahbocah.org/
- http://www.ra3wulandari.blogspot.com/
- http://belajarsejarahonline.blogspot.com/
- http://wisatasejarah.wordpress.com/
- http://www.roythaniago.wordpress.com/
- http://indonesiaseni.com/
- http://dokumentergumelem.blogspot.com/
- http://clc-purbalingga.blogspot.com/
- http://jkfb.wordpress.com/
- http://festivalfilmpurbalingga.blogspot.com/
- http://tarabuwana.blogspot.com
- http://www.wacananusantara.org/
- http://www.arkeologijawa.com/
- http://arkeologika.wordpress.com/
- http://scrivonuliswrite.wordpress.com/
- http://fosil73.wordpress.com/
- http://joemarbun.wordpress.com/
- http://prasetijo.wordpress.com/
- http://bengkulutube.blogspot.com/
- http://benkoelen.multiply.com/
- http://ragambengkulu.blogspot.com/
- http://ternateheritage.multiply.com/
- http://212notes.wordpress.com/
- http://chandikolo.wordpress.com/
- http://merthayasa.wordpress.com/
- http://djuliantosusantio.blogspot.com/
- http://gado-gadosangjurnalis.blogspot.com/
- http://hurahura.wordpress.com/
- http://www.borobudurlinks.com/
- http://212wanderlust.wordpress.com/
- http://advokasiwarisanbudaya.blogspot.com/
Anda memiliki blog tentang seni, sejarah, budaya, dan sejenisnya, yang belum tercantum dalam daftar ini? Silakan tulis pada komentar di bawah ini.
Apabila berminat, silakan berkontribusi dalam blog MADYA. Silakan menulis tentang apa saja sewaktu-waktu, asalkan demi kebudayaan Indonesia yang lebih baik bagi semua orang. Anda juga dipersilakan untuk mencantumkan URL blog/situs Anda sendiri.
Salam hangat,
Admin
BMKT dari Perairan Cirebon Kemungkinan Besar Akan Dimuseumkan
Beginilah jadinya kalau seorang menteri kebudayaan tak begitu paham apa artinya warisan budaya, selain menjual menjual gratisan tanpa berpikir panjang tentang tanggung jawab kepada anak-cucu:
"Dua minggu ini seluruh masyarakat heboh dan banyak yang peduli tentang kebudayaan Indonesia dan takut kalau kebudayaan itu dijual," kata Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ketika memberikan sambutan pelelangan di gedung ballroom Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Rabu (5/5).
Untuk pertama kalinya, pemerintah menyelenggarakan lelang artefak yang bernilai jutaan dolar dengan sistem lot dan ternyata tidak ada pesertanya. Waktu yang tidak memadai untuk sosialisi dituding sebagai salah satu penyebabnya.
Harta karun tersebut merupakan peninggalan bersejarah tetapi bukan sejarah Indonesia melainkan China karena isinya adalah barang-barang porselen dengan corak dan peninggalan dinasti China.
"Indonesia seharusnya tidak perlu kecewa karena harta tersebut bukan termasuk budaya Indonesia tapi Budaya China," kata Jero Wacik. ("Di balik Layar" Harta Karun The Cirebon Wreck. Jumat, 7 Mei 2010)
Anehnya, Menteri Perikanan dan Kelautan kita memiliki wawasan yang lebih luas daripada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata:
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menyatakan, artefak-artefak harta karun peninggalan pelaut Cina yang awalnya hendak dilelang kemungkinan akan dimuseumkan.
"Tapi kami sekarang sedang bahas konsepnya, baru nanti dibuat, misalnya nanti museumnya seperti apa, "ujar Fadel di sela-sela kunjungan kerja di Sanur Bali, Selasa (10/5).
Fadel menyatakan, niat untuk memuseumkan harta karun tersebut ternyata didukung UNESCO. "UNESCO sangat menyambut baik, mereka punya pikiran yang sama, kalau boleh artefak ini tidak diperjualbelikan sehingga menjadi milik dunia dengan dimuseumkan," jelas Fadel. "Kita bikin museum bahari sehingga bisa menjadi objek wisata." (Tak Jadi Dilelang, Harta Karun Pelaut Cina Kemungkinan Dimuseumkan. Selasa, 11 Mei 2010)
Barangkali karena desakan ibu Menteri, yang tampaknya memiliki perhatian yang besar terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam harta karun nasional ini (Istri Fadel Tinjau Gudang Harta Karun, Selasa, 4 Mei 2010).
Menghadapi ancaman yang demikian menakutkan terhadap BMKT, serta rendahnya komitmen pemerintah pusat (dalam hal ini Pannas BMKT) untuk melindungi warisan budayanya sebagaimana terlihat dari belum ditandatanganinya konvensi UNESCO tentang perlindungan terhadap warisan budaya bawah air, barangkali benar pendapat editorial di The Jakarta Post.com berikut:
If preserving the wrecks in museums is costly, we should simply leave things where they are and allow curious visitors to dive around the site. (Editorial: Hidden treasures, Sat, 05/08/2010)
Praktis, berarti memberlakukan larangan bagi publik untuk mengangkat harta karun dari bawah air, dan memberlakukan kapal karam bagaikan museum tempat publik bisa datang untuk melihat-lihat. Lebih aman, dan bermanfaat bagi semua orang, kan?
Aksara Pallawa
Aksara Pallawa berkembang di India Selatan selama dinasti Pallawa, sekitar abad III-V M. Aksara ini dikembangkan dari aksara Brahmi. Ia terdiri dari sekelompok konsonan dan ada cara-cara berbeda untuk menulis tiap-tiap gugus konsonan. Mula-mula, aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta, Pali, dll. Kemudian aksara ini banyak ditemui pada prasasti-prasasti politik dan keagamaan di seluruh Asia Tenggara.
Aksara-aksara lain yang dipengaruhi oleh aksara Pallawa antara lain: Telugu, Kannada, Tamil, Malayalam, Sinhala, Burmese, Khmer, Lanna, Thai, Lao, Cham, Javanese, Balinese, Bugis dan Sunda.
Nama lain untuk menyebut aksara ini adalah Gupta Brahmi Selatan, proto-Kannada, Tamil Grantham, dll.
(Terjemahan bebas dari www.omniglot.com).
Di Indonesia, kita mengenal aksara ini antara lain dari prasasti Mulawarman (Kutai, abad IV-V M), prasasti Purnawarman (Tarumanagara, abad VI M), dan prasasti Sriwijaya (abad VI M).
Kini Anda bisa menulis di komputer dalam aksara Pallawa, menggunakan font yang bisa diunduh DI SINI. Petunjuk penulisannya bisa dibaca di blog Kompasiana.
Disajikan di sini seizin sahabat Wawan Supriadi.
Masih tentang blog MADYA (I)
Kebudayaan merupakan sebuah spektrum yang sangat luas, hampir sama luasnya dengan seluruh hidup manusia itu sendiri. Segala hal yang kita dengar, lihat, dan raba sehari-hari pasti ada kaitannya dengan kebudayaan. Apalagi jika kita berbicara tentang masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
Bila kita berbicara tentang warisan budaya, dan advokasinya, hal ini masih tak cukup sempit untuk menyusun sebuah klasifikasi. Sebab, yang menjadi perhatian kita di sini bukan hanya menjadikan warisan budaya masa lalu sebagai sebuah aspek yang relevan bagi kehidupan kita sehari-hari kini, melainkan juga bagaimana kita membangun negara dan bangsa berangkat dari aspek-aspek kebudayaannya.
Mau tak mau, kita juga berurusan dengan unsur-unsur baru yang datang dari teknologi, inovasi, serta persentuhan dengan kebudayaan lain (yang terakhir ini telah berlangsung selama ribuan tahun, hanya saja kini terjadi semakin cepat dalam hitungan jam, menit dan detik). Dalam hal ini kita berbicara tentang bagaimana warisan budaya yang sudah ada bisa terus-menerus diperbaharui menjadi lebih segar, dan lebih baik.
Mempertimbangkan segala kesulitan ini, kami memberanikan diri menyusun beberapa kategori besar, demi keperluan penyusunan blog ini.
Secara garis besar, blog Madya terdiri dari tiga bagian (bagian-bagian yang belum tercantum di sini merupakan penambahan:
- Esai
- Warisan Budaya
- Humaniora
- Seni & Budaya
- Alam & Lingkungan
- Editorial
- Wacana (Pembangunan) & Inovasi
- Titir ! ! !
- Wisata & Jalan-jalan
- Masyarakat Tradisi
- Situs & Artefak
- BMKT
- Busana Tradisi
- Senjata Tradisi
- Cerita Rakyat, dan
- Aksara & Prasasti
Catatan berikutnya tentang prasasti: Sebagai catatan, MADYA mendapat dukungan penuh dari salah seorang sahabat MADYA, bung Wawan Supriadi, yang merelakan blog Beliau di Kompasiana untuk disalin di blog Madya.
Kategori berikutnya, Humaniora, sejauh ini juga hanya terdiri dari beberapa rubrik:
- Evolusi & Manusia Purba (banyak sahabat yang gemar topik ini, dan memperkaya pengetahuan kita tentang
- Prasejarah
- Sejarah Nusantara
- Sejarah Dunia
- Nilai-nilai dan filosofi
- Figur
- Pameran & Festival
- Buku & Film
- Jejaring & Komunitas
Solo Tourism Board Perlu Ada
"Selama ini promosi dilakukan sendiri-sendiri dengan dana yang kecil, tanpa segmentasi dan target pasar yang jelas sehingga pengaruhnya kecil sekali. Kami ingin adanya STB bisa membesarkan promosi dan besar pula dampaknya," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Kota Solo, Suharto, Rabu (5/5/2010).
Dengan adanya STB tersebut, juga diharapkan komunikasi untuk pembangunan pariwisata di Kota Solo, baik antarpelaku wisata dan Pemerintah Kota Solo lebih baik lagi. "Kami berharap ada perhatian yang lebih dari pemkot, terutama soal dana promosi, karena yang kami promosikan tidak hanya obyek wisata tetapi Kota Solo," kata Suharto.
Advisor German Technical Cooperation (GTC) untuk program Regional Economic Development Indonesia, Hidayatullah Al Banjari, mengatakan, pengalaman di berbagai daerah atau negara berkembang, promosi pariwisata idealnya dilakukan melalui satu pintu agar hasilnya terukur dan mudah untuk pengawasan dan evaluasi. Program promosi pun diharapkan lebih terencana dan efektif.
"Ada perdebatan, Solo punya banyak kegiatan tetapi menurut pelaku wisata tidak ada dampaknya atau dampak yang dirasakan kecil. Sementara dinas terkait mengatakan telah berpromosi. Ini karena dilakukan sendiri-sendiri," kata Hidayatullah.
Dosen Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Bambang Ary Wibowo, mengatakan, organisasi STB hendaknya minimalis agar efisien. Ia juga mendorong agar pelaku wisata berani mandiri dalam pendanaan kegiatan promosi.
"Dengan adanya STB, meski menurut undang-undang dimungkinkan adanya bantuan dana dari pemerintah daerah, namun sifatnya tidak bisa terus-menerus," kata Bambang.
(Sumber asli: Kompas.com)
Robi, Si Pemburu Bekal Kubur
KARAWANG, KOMPAS.com — Robi adalah pelopor pemburu harta karun yang terdapat di makam-makam manusia protosejarah (2-4 M) yang tersebar di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Dia memulai "karier" sebagai pemburu harta "bekal kubur" sejak tahun 1976. Gara-gara orang Karang Nangka yang mengajaknya serta dalam perburuan bawaan kubur pada tahun tersebut, Robi akhirnya berinisiatif membuat tim hingga tujuh orang di Kampung Rawa Kandang RT 04/RW 15 Desa Cikuntul. Profesi ini diakui oleh Robi, yang ditemui di kediamannya di sempadan irigasi yang membelah desanya, dilakoni hingga tahun 1991.
Lantaran jam terbangnya yang sudah tinggi itulah, dengan nalar sederhana, Robi sampai bisa mengidentifikasi bahwa ternyata ada lima golongan manusia protosejarah. Masing-masing dapat dikenali melalui temuan kerangka yang berwarna merah, kuning, hitam, putih, dan coklat.
"Yang merah itu biasanya memakai hiasan semacam cipoa (sempoa), mungkin mereka berasal dari China. Kalau tulang yang warnanya kuning suka pakai gelang tangan dan kaki berbentuk ular, mungkin itu orang India ya? Tapi saya paling suka kalau menemukan mereka yang bertulang putih karena biasanya perhiasan yang dikenakan banyak: ada kalung, penutup mata, penutup aurat untuk kerangka perempuan, dan penutup bibir," terang Robi yang kini membuka warung kelontong di muka rumahnya.
Tentang temuan kerangka yang aneka warna tersebut, menurut arkeolog Amelia dari Puslitbang Arkenas, perbedaan warna tulang yang diyakini Robi sebagai perbedaan ras, menurutnya, hanyalah karena pengaruh sedimentasi.
Kini usia Robi sudah 65 tahun. Dari kerut-merut di wajahnya, terbaca jelas jika dirinya telah melewati hidup yang berat dan keras. Maklumlah, sejak melakukan perburuan tersebut, Robi memang menggantungkan hidupnya dari gali lobang tutup lobang. Artinya, jika dia harus menggali tanah milik orang yang diyakininya terdapat harta karun, maka selain akan memberi 20 persen dari hasil perburuan, dalam perjanjian dengan pemilik tanah disebutkan bahwa Robi juga berjanji akan meratakan kembali tanah yang dia gali bersama anggota timnya.
Tentu, selain emas yang diperoleh, beberapa kali Robi juga harus berurusan dengan pihak kecamatan yang menginterogasinya. Sekurangnya dua kali dia harus berurusan dengan yang berwajib, yakni tahun 1976 dan 1985. "Saya bilang ke Pak Camat, saya tidak mencari emas, saya hanya cari makan," ujar Robi yang mengaku tak pernah ditahan tiap kali usai diinterogasi.
Berkaca pada pengalamannya, Robi yakin bahwa tanah seluas 3 hektar di kampung yang kini ditinggalinya itu dahulu adalah wilayah pemakaman. Tak heran, di tiap sudut tanah dengan tanda-tanda awal berupa adanya pecahan genteng kuno dipastikan di bawahnya terdapat kerangka manusia beserta bekal bawaannya.
Selama "berburu", Robi mengaku pernah mendapat hasil yang sangat memuaskan. Itu terjadi pada tahun 1987 saat dia memimpin tujuh orang di kampungnya untuk menemukan dua kerangka manusia yang membawa bekal kubur cukup banyak. Bekal itu mulai dari penutup kemaluan wanita, penutup mata, kemloman, gelang, hingga penutup bibir. "Saya mendapat uang Rp 2,5 juta saat itu, padahal harga emas saat itu cuma Rp 17.000," ujar Robi kepada Kompas.com, Jumat (7/5/2010).
Menurutnya, uang sebanyak itu sebagian untuk membeli barang kebutuhan pokok. Sisanya disimpan dalam bentuk emas yang dia beli di salah satu toko emas di Karawang.
Namun begitulah kiranya. Pepatah yang mengatakan rezeki yang didapatkan secara mudah akan hilang pula secara mudah ternyata berlaku juga bagi Robi. "Karena saya merasa, kalau tabungan sudah habis saya tinggal menggali lagi. Akhirnya, harta saya pun habis juga," tutur Robi.
Kini, setelah ditinggal mati istrinya dan anak semata wayangnya telah pula menikah, Robi tinggal sendiri di atas tanah sewaan milik dinas pengairan yang harus dia bayar Rp 80.000 setiap tahunnya. Harta galian yang masih sisa di rumahnya hanyalah mata tombak, kalung keramik, dan periuk nasi. Sebagai kenang-kenangan, Robi juga masih menyimpan alat penggali bernama cater, yang dia bikin dan namai sendiri. Alat gali ini mirip senjata rencong.
"Dengan alat ini saya bisa menggali lebih mudah. Jari-jari saya tidak bakal terkena karang dan batu yang banyak saya temui di lobang galian," kenang Robi.
Sepengetahuan Robi, kelompok-kelompok pemburu bekal kubur ini tersebar di hampir tiap kampung seputar Kecamatan Tempuran. Misalnya di Kedung Ringin, Wangkal, Gowok Glatik, Dongkal, Cikunir, Sambi Batu, Talun Dadap, dan Blendung.
(Sumber asli: oase.kompas.com
"Di balik Layar" Harta Karun The Cirebon Wreck
Jakarta (ANTARA News) - Pada pekan-pekan terakhir Indonesia dikejutkan dengan penemuan harta karun kapal karam Cirebon atau yang dikenal dengan 'The Cirebon Wreck'. Mediapun berbondong-bondong memberitakan peristiwa yang belum pernah ada dan menempatkannya di berita utama.
"Dua minggu ini seluruh masyarakat heboh dan banyak yang peduli tentang kebuadayaan Indonesia dan takut kalau kebudayaan itu dijual," kata Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ketika memberikan sambutan pelelangan di gedung ballroom Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Rabu (5/5).
Untuk pertama kalinya, pemerintah menyelenggarakan lelang artefak yang bernilai jutaan dolar dengan sistem lot dan ternyata tidak ada pesertanya. Waktu yang tidak memadai untuk sosialisi dituding sebagai salah satu penyebabnya.
Harta karun tersebut merupakan peninggalan bersejarah tetapi bukan sejarah Indonesia melainkan China karena isinya adalah barang-barang porselen dengan corak dan peninggalan dinasti China.
"Indonesia seharusnya tidak perlu kecewa karena harta tersebut bukan termasuk budaya Indonesia tapi Budaya China," kata Jero Wacik.
Pelelangan hanyalah bagian akhir dari pengangkatan harta kapal karam itu. Sebelumnya, harta karun itu diangkat dengan taruhan nyawa dan masih dalam keadaan bercampur lumpur sebelum dibersihkan sedemikian rupa menjadi indah di atas rak pajangan.
Ekskavasi dan Snorkel
Ekskavasi Bawah Air adalah salah satu cara menemukan data arkeologi dengan keterampilan selam meliputi penggalian, pengangkatan dan penanganan temuan sampai pemindahan ke tempat penanganan.
Proses pengangkatan harta karun itu di bawah pengawasan ketat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata diwakili Direktorat Peninggalan Bawah Air, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan TNI AL. Mereka semua di bawah naungan panitia nasional BMKT.
Pengawas Direktorat Peninggalan Bawah Air mengawasi teknik dan metode kerja pengangkatan, mendata benda temuan hasil pengangkatan.
Pengawas TNI AL mengamankan lokasi kerja dan memeriksa setiap orang yang menaiki dan meninggalkan kapal sedangkan pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan bertugas memeriksa kelengkapan izin tenaga kerja asing dan sarana kapal yang digunakan dan masing-masing dari pengawas membuat laporan dan berita acara pengangkatan.
"Petugas selalu stand by berada di atas kapal mengawasi para penyelam setiap hari, mereka bergantian sekitar dua minggu sekali sekalian membawa suplai makanan ke atas kapal," kata Gatot Ghautama, Kepala Subdit Perlindungan Bawah Air dan ikut melakukan pengawasan The Cirebon Wreck di atas kapal.
Kru pengangkatan ada 30 orang terdiri dari nahkoda, penyelam, petugas pembersih keramik dan koki.Pengangkatan bisa memakan waktu berbulan-bulan dan dilakukan hanya di siang hari agar terbantu cahaya matahari.
"Ada pembagian kerjanya, ada yang di atas kapal seperti koki dan di bawah para penyelam dan mereka melakukannya siang hari bukan malam hari," katanya.
Standar peralatan yaitu kapal bermotor yang memiliki tempat untuk meletakkan peralatan selam atau mesin peralatan lainnya dan crane (Katrol), alat untuk mengangkat barang-barang dari dasar laut.
Peralatan selam terdiri dari masker selam untuk melindungi mata dari pasir atau benda-benda kecil juga agar tidak iritasi sewaktu menyelam, snorkel (pipa pendek untuk bernafas penyelam), dan jaket pelampung sebagai alat menetralkan berat peselam ketika berada di dalam air.
Terdapat pula tabung udara (scuba tank), pengukur kedalaman (depth gauge), kaki katak (fins), pakaian penyelam (wet suit) yang berfungsi sebagai penahan panas tubuh agar tidak hilang secara berlebihan, sarung tangan, jam tangan (dive watch) dan kompas.
"Penyelam bisa berjam-jam di dalam air dengan pergantian tabung di bawah laut Scuba sudah disiapkan dengan digatung di sisi kapal jadi penyelam tinggal mengambilnya," katanya.
Peralatan lainnya antara lain side scansonar alat yang digunakan untuk menjajaki benda-benda di bawah air seperti kapal karam bahkan ranjau, Kamera dan Video bawah air dan Komputer untuk mengolah data.
"Salah seorang penyelam melakukan dokumentasi video sehingga kita tahu apa yang dilakukannya dibawah," katanya.
Pengangkatan menggunakan lifting balloon berfungsi untuk mengangkat temuan dasar laut ke permukaan.
"Kalau balon diikatkan ke empat sudut kotak setelah ikatan dibuka maka balon tersebut akan mengelurkan gas yang akan mengangkatnya ke atas permukaan, lalu beberapa kru diatas siap membawanya ke kapal," katanya.
Tidak tertinggal, Airlift alat untuk menampakan temuan yang tertutup pasir atau lumpur.
"Penyelam profesional memakai Airlift biar hartanya tampak tapi kalau yang ilegal pakai linggis,"katanya.
Penyelaman membutuhkan keterampilan dan berisiko juga harus sesuai aturan.
"Penyelaman sama saja dengan terjun payung kalau terjun payung salah ikatannya bisa nyungsep, nah penyelaman kalau salah menyelamnya bisa lumbuh bahkan mati," kata Surya Helmi, Direktur Peniggalan Arkeologi Bawah Air kepada ANTARA News, Kamis.
Sebelum dan sesudah penyelaman, para penyelam akan diperiksa kondisi kesehatannya.
Sedikit cerita seram dari Gatot dapat menggambarkan betapa rawannya pekerjaan mereka.
"Dulu pernah ada penyelam kita di Manokwari, Papua, ketika menyelam ia tidak sesuai aturan disamping kesehatan yang kurang sehat, ketika penyelaman hari pertama tidak apa-apa tapi setelah penyelaman hari kedua setelah atas kapal tiba-tiba semua badannya terasa tebal dan tidak bisa digerakkan keesokannya dipastikan lumpuh karena terdapat kerusakan di aliran darahnya."
Cara menyelam tidak boleh terjun langsung ke dasar laut tapi harus mengikuti arah arus laut dengan melayang-layang begitu juga ketika kembali ke permukaan karena tekanan arus laut yang kuat bisa menyebabkan kematian.
"Jelas arus laut di permukaan dan di bawah lebih kuat di bawah makanya harus hati-hati belum dengan temperatur suhu air laut yang ekstrem makanya seorang yang telah melakukan penyelaman tidak boleh menaiki pesawat selama 24 jam," katanya.
Penggalian dibawah air lebih mudah di banding di darat, tetapi jika benda arkeologi sudah menjadi satu dengan karang akan lebih sulit dari di darat. Masalah utamanya adalah waktu bekerja didalam air sangat terbatas dan tergantung kedalaman benda arkeologi itu sendiri.
Hubungan antara suhu dengan kedalaman sangat erat sekali, semakin dalam perairan laut maka semakin rendah suhunya. Perubahan suhu mencolok terjadi pada kedalaman 200 meter - 1000 meter.
Make Over Harta Karun
Pengambilan harta karun harus diambil secara hati-hati, jangan sampai pecah atau patah. Jika barang yang mudah pecah dilakukan penanganan khusus dengan alat yang dapat melindungi benda tersebut.
Jika artefak sudah diatas permukaan maka yang dilakukan adalah pencucian artefak dengan air laut, melakukan identifikasi dan klasifikasi temuan dengan menentukan nama artefak, pola hiasan dan ukurannya (tinggi, panjang dan diameter), labelling temuan, membungkus temuan dengan serat kain dan perendaman dengan air laut.
Kenapa harus direndam dalam air laut lagi benda temuan sudah cukup lama menyatu dengan lingkungannya tapi ketika dipindah ke lingkungan yang baru maka keseimbangan akan goyah.
"Benda itu harus direndam dulu di air laut jadi bukan langsung dicuci air tawar," kata Gatot.
Menurut Gatot, ada teori yang menyebut bahwa pada waktu pengangkatan benda temuan yang bersuhu dingin akan berkembang menjadi lembab kemudian kehadiran udara panas yang menyebabkan kelembaban menjadi kurang. Perubahan udara tersebut dapat membuat benda rapuh.
"Oleh karena itu benda temuan dikeringkan secara perlahan dengan cara benda tersebut tetap direndam di dalam air laut secara berangsur-angsur benda tersebut diencerkan air tawar untuk menghilangkan kadar garam," kata Gatot.
Setelah yakin kadar garam tidak ada, benda tersebut dibungkus dengan kain basah untuk jangka waktu tertentu agar proses adaptasinya dengan lingkungan baru dilakukan secara bertahap sehingga kestabilan benda dijaga dengan baik.
"Sesampai di gudang penyimpanan, harta tersebut tetap dirawat bagi benda yang rawan pecah ada penanganan khusus seperti ada alat penyesuaian temperatur," katanya.
(Sumber asli: www.antaranews.com)
Blogger Djawa Tempo Doeloe ke Surabaya
SURABAYA, KOMPAS.com — Para penggila eksotika Jawa tempo dulu tentu tidak asing dengan blog Djawatempodoeloe. Sebagian isi dari blog yang memuat gambar ratusan prangko kota-kota di tanah Jawa ini bakal dibukukan.
Sang pemilik blog, biasa disebut blogger, menyebut namanya Priyambodo Prayitno. Foto profilnya bergambar pemuda Jawa yang jadul banget. Tempat tinggalnya ditulis Surabaya. Pembaca semakin yakin Mas Pri–begitu biasa disapa–adalah orang Surabaya tulen karena begitu fasih menulis dalam bahasa Indonesia ketika menggambarkan cerita foto-foto lawas yang kebanyakan dijepret sebelum 1900.
Tidak hanya tentang Surabaya, tetapi nyaris semua kota di Jawa, mulai dari Bandung, Bogor, Batavia, Semarang, Yogyakarta, Blitar, Jember, sampai Banyuwangi. Mas Pri tidak sekadar kolektor yang menampilkan foto prangko lawas, tetapi juga menyuguhkan foto saat ini dengan yang angle sama pula.
Salah satu yang membuat banyak orang kagum adalah ketika Mas Pri menjepret persimpangan depan Apotek Simpang, Surabaya, sekarang. Ini melengkapi imajinasi orang terhadap kejadian pada 1890 di kawasan yang sama. Saat itu, foto Apotek Simpang belum seperti sekarang. Jalan masih tanah. Di tengah persimpangan ada gardu telepon raksasa. Setiap orang bertanya-tanya, bagaimana Mas Pri tahu sementara tidak ada penanda yang sama.
Di blog ini ditemukan ratusan foto prangko. Dia begitu detail menggambarkan isi foto, termasuk latar belakang cerita. Semuanya juga ditempeli foto pembanding masa kini. Setiap Mas Pri menerbitkan gambar baru, komentarnya berderet-deret.
Namun, hingga empat tahun blog itu berjalan, sosok Mas Pri bagi sebagian orang tidak ada yang tahu. Ada yang yakin Mas Pri adalah seorang tua berdarah Surabaya yang lama tinggal di Belanda. Namun, harian Surya pernah menemui Mas Pri di apartemennya, Kota Delft, Belanda, November 2009.
Kini, Mas Pri sedang di Indonesia, pergi ke Surabaya. Mas Pri yang nama aslinya Olivier Johannes itu belum genap 40 tahun. Dia berdarah campuran Belanda dan Perancis. Sehari-hari dia hanya seorang karyawan toko buku di Den Haag.
"Sudah empat tahun saya mengoleksi prangko dari Jawa," kata lelaki yang fasih berbahasa Indonesia ini. Hampir setiap tahun dia datang ke Indonesia. Ia datang hanya untuk mencari lokasi foto dalam prangko lawas miliknya itu dijepret.
Dia memiliki ribuan prangko lawas dan 400 di antaranya bergambar Surabaya. Dia meneliti
terus-menerus cerita setiap foto itu, mulai mengoleksi peta Surabaya dari tahun ke tahun sejak 1800, membaca buku buku lawas, hingga teknik wawancara. Kedatangannya ke Surabaya kali ini adalah untuk merampungkan proyek bukunya, ya tetap tentang prangko bergambarnya itu.
Di Surabaya, Olivier menginap di Hotel Pavilijoen, Jalan Genteng Besar. Hotel tua tetapi murah itu dikelola peranakan Tionghoa dari Jawa Tengah. Ia juga menjadi langganan menginap Indonesianis beken, Benedict Anderson dari Amerika Serikat.
Setiap hari, Mas Pri blusukan keluar masuk kampung dan makan makanan rakyat. Di situlah dia kenal banyak orang. Bahkan, di Kampung Bubutan, yang penuh bangunan lawas, Olivier akrab dengan beberapa penghuni.
Dia sering menjadi pemandu untuk temannya yang melancong ke Surabaya. "Semua kampung lawas sudah saya datangi," katanya. Dia sedih ketika melihat beberapa rumah yang kerap dikunjungi dibongkar pemiliknya untuk ruko atau direnovasi dengan model baru.
Olivier juga kesengsem sate kambing plus kare yang dijual pedagang kaki lima di pojokan Jalan Simpang Dukuh. Hampir setiap ke Surabaya dia selalu mampir. Namun, kali ini dia begitu kehilangan sebab warung itu sudah tidak jualan lagi. "Rasa satenya pas di lidah, di mana ya sekarang?" tanyanya. (Kuncarsono Prasetyo)
(Sumber asli: Kompas.com)Mengapa Guru Perlu Membuat Blog
Informasi itu tak saya dapatkan dari situs web resmi F1. Bukan pula dari situs web para pecandu mobil balap. Saya justru memperoleh pengetahuan tentang sayap terbalik mobil F1 itu dari blog Fisikane milik Iksan Taufik Hidayanto, pengajar dan Kepala Laboratorium Fisika MAN 1 Purwokerto, Jawa Tengah.
Iksan tentu bukan satu-satunya guru yang memiliki blog. Saya tak tahu jumlah pastinya, tapi bila saya ketik kata “blog guru” di Google, akan keluar beberapa pengumpul blog guru, seperti Blog Guru, Guru Indonesia, Indonesia Teacher Community, dan Aksi Guru. Mereka adalah Ki Hajar Dewantara di era web 2.0. Orang-orang yang mendidik para siswa melalui blog. Teladan untuk pengingat Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2Mei.
Mengapa banyak guru membuat blog? Sawali Tuhusetya, guru, menulis di jurnal pribadinya bahwa blog adalah salah satu media meningkatkan kualitas diri seorang pendidik. Seorang guru adalah agen pembelajar yang harus memiliki empat jenis kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Melalui blog, Sawali menulis, guru akan terangsang meningkatkan kualitas diri dengan membuat aneka jenis tulisan yang bermanfaat bagi kepentingan dunia pembelajaran di sekolah. Dengan cara demikian, secara tidak langsung, blog bisa menjadi sebuah media penyaluran yang mencerahkan dunia pembelajaran di sekolah. Kekuatan “tautan” antarweb dan blog dalam dunia Internet menyediakan bunga rampai pengetahuan yang (nyaris) tak terbatas bagi seorang guru.
Lewat blog, menurut Sawali, guru juga akan mudah melakukan ekspresi diri. Temuan-temuan praktis dari dunia pembelajaran bisa diangkat dan menjadi sebuah wacana yang menarik dalam sebuah blog sehingga bisa memancing siapa pun yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan untuk berkomentar atau berdiskusi. Bukankah ini sebuah “kekuatan” yang hampir tidak dimiliki oleh media mana pun?
Jangan lupa, guru adalah profesi yang dituntut untuk selalu berbagi. Mereka berbagi pelajaran, ilmu, gagasan, dan sebagainya kepada anak didik–setiap hari. Ibarat sumur, seorang guru tak akan pernah kekeringan bahan untuk dibagikan.
Akan lebih baik bila pelajaran dari seorang guru tidak hanya diterima oleh murid-muridnya di kelas, tapi juga anak-anak lain di mana pun mereka berada. Semakin banyak anak, semakin baik. Kalau bisa, bahkan bukan hanya murid yang memperoleh pelajaran itu, tapi juga semua orang.
Cara menyebarluaskan ilmu adalah melalui blog dan media sosial lainnya, seperti Facebook dan Twitter. Blog adalah jaringan terbuka yang bisa diakses di mana saja. Hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan akses ke Internet. Lewat blog, pembaca sebuah tulisan tak terbatas. Blog membuat ruangan kelas bagaikan tanpa sekat.
Blog adalah media yang membebaskan. Di blog, seorang guru matematika, misalnya, boleh saja menulis tentang masalah etiket. Guru bahasa pun dipersilakan membahas masalah di luar bidang ajarnya, contohnya filsafat olahraga. Seorang guru fisika bahkan tak dilarang berbagi teknik fotografi yang menjadi hobinya di luar sekolah. Pendeknya, blog bisa membuat guru menjadi dan berbagi apa saja.
Blog justru akan memancing guru berkreasi semaksimal mungkin. Dengan teknologi yang melekat padanya, blog memungkinkan guru menambahkan gambar, suara, atau video sebagai pelengkap bahan ajar. Materi pelajaran niscaya akan semakin menarik dan memicu kreativitas anak didik.
(Sumber asli: Blog.tempointeraktif.com)
Blog Archive
-
►
2017
(4)
- ► 03/19 - 03/26 (4)
-
►
2013
(1)
- ► 02/10 - 02/17 (1)
-
►
2012
(2)
- ► 09/02 - 09/09 (2)
-
►
2011
(6)
- ► 10/23 - 10/30 (1)
- ► 05/22 - 05/29 (1)
- ► 05/08 - 05/15 (4)
-
▼
2010
(51)
- ► 11/21 - 11/28 (1)
- ► 10/10 - 10/17 (1)
- ► 08/08 - 08/15 (2)
- ► 05/30 - 06/06 (1)
- ► 05/16 - 05/23 (2)
-
▼
05/09 - 05/16
(13)
- Prambanan harus 'abadi'
- Kontribusi Tulisan di Blog MADYA
- Mesjid Abad 18 Padang Betuah Bengkulu
- ETNOKULTURAL MELAYU DELI
- Daftar Blog
- BMKT dari Perairan Cirebon Kemungkinan Besar Akan ...
- Aksara Pallawa
- Masih tentang blog MADYA (I)
- Solo Tourism Board Perlu Ada
- Robi, Si Pemburu Bekal Kubur
- "Di balik Layar" Harta Karun The Cirebon Wreck
- Blogger Djawa Tempo Doeloe ke Surabaya
- Mengapa Guru Perlu Membuat Blog
- ► 05/02 - 05/09 (31)