Senin, 10 Mei 2010

Blogger Djawa Tempo Doeloe ke Surabaya

blogger djawa tempo doeloe

SURABAYA, KOMPAS.com — Para penggila eksotika Jawa tempo dulu tentu tidak asing dengan blog Djawatempodoeloe. Sebagian isi dari blog yang memuat gambar ratusan prangko kota-kota di tanah Jawa ini bakal dibukukan.

Sang pemilik blog, biasa disebut blogger, menyebut namanya Priyambodo Prayitno. Foto profilnya bergambar pemuda Jawa yang jadul banget. Tempat tinggalnya ditulis Surabaya. Pembaca semakin yakin Mas Pri–begitu biasa disapa–adalah orang Surabaya tulen karena begitu fasih menulis dalam bahasa Indonesia ketika menggambarkan cerita foto-foto lawas yang kebanyakan dijepret sebelum 1900.

Tidak hanya tentang Surabaya, tetapi nyaris semua kota di Jawa, mulai dari Bandung, Bogor, Batavia, Semarang, Yogyakarta, Blitar, Jember, sampai Banyuwangi. Mas Pri tidak sekadar kolektor yang menampilkan foto prangko lawas, tetapi juga menyuguhkan foto saat ini dengan yang angle sama pula.

Salah satu yang membuat banyak orang kagum adalah ketika Mas Pri menjepret persimpangan depan Apotek Simpang, Surabaya, sekarang. Ini melengkapi imajinasi orang terhadap kejadian pada 1890 di kawasan yang sama. Saat itu, foto Apotek Simpang belum seperti sekarang. Jalan masih tanah. Di tengah persimpangan ada gardu telepon raksasa. Setiap orang bertanya-tanya, bagaimana Mas Pri tahu sementara tidak ada penanda yang sama.

Di blog ini ditemukan ratusan foto prangko. Dia begitu detail menggambarkan isi foto, termasuk latar belakang cerita. Semuanya juga ditempeli foto pembanding masa kini. Setiap Mas Pri menerbitkan gambar baru, komentarnya berderet-deret.

Namun, hingga empat tahun blog itu berjalan, sosok Mas Pri bagi sebagian orang tidak ada yang tahu. Ada yang yakin Mas Pri adalah seorang tua berdarah Surabaya yang lama tinggal di Belanda. Namun, harian Surya pernah menemui Mas Pri di apartemennya, Kota Delft, Belanda, November 2009.

Kini, Mas Pri sedang di Indonesia, pergi ke Surabaya. Mas Pri yang nama aslinya Olivier Johannes itu belum genap 40 tahun. Dia berdarah campuran Belanda dan Perancis. Sehari-hari dia hanya seorang karyawan toko buku di Den Haag.

"Sudah empat tahun saya mengoleksi prangko dari Jawa," kata lelaki yang fasih berbahasa Indonesia ini. Hampir setiap tahun dia datang ke Indonesia. Ia datang hanya untuk mencari lokasi foto dalam prangko lawas miliknya itu dijepret.

Dia memiliki ribuan prangko lawas dan 400 di antaranya bergambar Surabaya. Dia meneliti
terus-menerus cerita setiap foto itu, mulai mengoleksi peta Surabaya dari tahun ke tahun sejak 1800, membaca buku buku lawas, hingga teknik wawancara. Kedatangannya ke Surabaya kali ini adalah untuk merampungkan proyek bukunya, ya tetap tentang prangko bergambarnya itu.

Di Surabaya, Olivier menginap di Hotel Pavilijoen, Jalan Genteng Besar. Hotel tua tetapi murah itu dikelola peranakan Tionghoa dari Jawa Tengah. Ia juga menjadi langganan menginap Indonesianis beken, Benedict Anderson dari Amerika Serikat.

Setiap hari, Mas Pri blusukan keluar masuk kampung dan makan makanan rakyat. Di situlah dia kenal banyak orang. Bahkan, di Kampung Bubutan, yang penuh bangunan lawas, Olivier akrab dengan beberapa penghuni.

Dia sering menjadi pemandu untuk temannya yang melancong ke Surabaya. "Semua kampung lawas sudah saya datangi," katanya. Dia sedih ketika melihat beberapa rumah yang kerap dikunjungi dibongkar pemiliknya untuk ruko atau direnovasi dengan model baru.

Olivier juga kesengsem sate kambing plus kare yang dijual pedagang kaki lima di pojokan Jalan Simpang Dukuh. Hampir setiap ke Surabaya dia selalu mampir. Namun, kali ini dia begitu kehilangan sebab warung itu sudah tidak jualan lagi. "Rasa satenya pas di lidah, di mana ya sekarang?" tanyanya. (Kuncarsono Prasetyo)

(Sumber asli: Kompas.com)
blog comments powered by Disqus
Related Posts with Thumbnails
^ Kembali ke atas